Pentingnya Imunisasi
Intervensi kesehatan masyarakat sangat diperlukan saat ini. Intervensi ini ditujukan untuk menekan angka perawatan di rumah sakit yang berujung kematian. Pandemi #Covid-19 melahirkan tantangan tersendiri dalam menekan angka kematian ini.
Imunisasi merupakan salah satu langkah dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 serta meningkatkan kapasitas kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak ada sakit atau hanya mengalami gejala ringan.
Menurut dr. Prima Yosephine di laman Kemkes (2022), saat ini #imunisasi dasar yang lengkap tidak cukup untuk memberikan perlindungan terhadap PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Hal ini karena beberapa antigen memerlukan besar atau pemberian dosis lanjutan pada usia 18 bulan, usia anak sekolah, dan usia dewasa. Tidak hanya itu, untuk memperoleh kadar perlindungan yang maksimal, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jika imunisasi tertinggal dari jadwal yang seharusnya, maka dilakukan imunisasi kejar yang dilaksanakan pada kegiatan imunisasi khusus.
Kekebalan kelompok (herd immunity) bisa dibentuk melalui program imunisasi. Semakin banyak orang yang diimunisasi, maka kekebalan kelompok akan terbentuk. Hal ini juga berdampak pada jumlah orang yang terinfeksi suatu penyakit, akan semakin sedikit. Orang-orang yang memang tidak bisa menjalani imunisasi bisa dikatakan aman karena risiko tertularnya penyakit menjadi berkurang jika kekebalan kelompok telah terbentuk.
Jenis Imunisasi
Proses imunisasi dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Setiap jenis vaksin yang disuntikkan, bisa menimbulkan efek samping yang dikenal dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Di Indonesia, imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi diberikan sejak lahir dan dilanjutkan menurut jadwal yang telah ditetapkan. Adapun jenis vaksin yang direkomendasikan dalam program imunisasi meliputi:
- Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam kurun waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan hingga 6 bulan. Adapun jarak antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
- Polio. Imunisasi ini diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan.
- BCG. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak lahir. Vaksin ini diberikan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tubercolocis.
- DPT. Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Imunisasi DPT diberikan pada bayi usia lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan simultan dengan vaksin Hepatitis B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
- Hib. Vaksin Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. Infeksi bakteri ini dapat memicu penyakit meningitis, pneumonia, radang sendi, dan radang pada lapisan pelindung jantung.
- Campak. Imunisasi campak aman dan efektif untuk mencegah campak. Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 diberikan pada usia 6 tahun melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
- MMR. Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk melindungi anak dari campak, gondongan, dan rubella.
- PCV. Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan septikemia yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
- Rotavirus. Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat inveksi rotavirus.
- Influenza. Imunisasi ini diberikan untuk mencegah flu.
- Tipes. Vaksin ini diberikan untuk mencegah tipes, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
- Hepatitis A. Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A.
- Varisela. Imunisasi varisela diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella zoster.
- HPV. Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks.
- Japanese encephalitis (JE). Imunisasi JE diberikan untuk mencegah infeksi virus pada otak, yang menyebar melalui gigitan nyamuk.
- Dengue. Imunisasi ini diberikan untuk mengurasi risiko pada penyakit demam berdarah.
- Covid-19. Vaksin Covid-19 direkomendasikan untuk anak-anak mulai usia 6 dan untuk orang dewasa.
Pemberian vaksin di atas, harus mengikuti jadwal yang telah disarankan. Lanjutkan pemeriksaan ke dokter, apabila setelah vaksin disuntikkan terdapat gejala KIPI yang cukup berat. Gejala KIPI yang berat tersebut contohnya demam lebih dari dua hari, dada terasa nyeri, kesadaran menurun, sesak nafas, detak jantung cepat (takikardia), anosmia (hilang indera penciuman), dan kejang.
Jika KIPI yang terjadi cukup ringan, penanganannya dapat dilakukan secara mandiri. Beberapa cara mengatasi KIPI yang cukup ringan antara lain dengan memberikan asupan makanan bergizi, memberikan kompres, memberi ASI dengan frekuensi lebih sering, memberikan minum lebih banyak, dan memakaikan baju yang nyaman (tidak terlalu tebal).
Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan, meliputi:
- HB0 1 dosis
- BCG 1dosis
- DPT-HB-Hib 3 dosis
- Polio tetes (OPV) 4 dosis
- Polio suntik (IPV) 1 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan Baduta pada anak usia 18-24 bulan, meliputi:
- DPT-HB-Hib 3 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
Imunisasi lanjutan anak sekolah dasar/sederajat pada program tahunan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), meliputi:
- Campak Rubela dan DT pada anak kelas 1
- TD pada anak kelas 2 dan 5
Capaian Imunisasi
Anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat rentan terhadap penyakit yang seharusnya bisa dicegah. KLB pada anak-anak yang tidak melakukan imunisasi lengkap sangat mungkin terjadi.
Menurut beberapa penelitian, cakupan imunisasi dasar lengkap dipengaruhi oleh beberapa variabel yang berbeda:
Pertama, pada penerima Program Keluarga Harapan (PKH), menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulansari dan Nadjib, Mardiati (2019), variabel umur dan status perkawinan memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap cakupan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan variabel pendidikan dan pekerjaan berpengaruh secara signifikan namun memiliki hubungan yang negatif. Variabel akses internet dan wilayah tempat tinggal tidak berhubungan secara signifikan dalam cakupan imunisasi dasar lengkap.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, supervisi program PKH perlu digencarkan guna meningkatkan cakupan imunisasi melalui pemberian kesempatan serta akses rumah tangga miskin untuk melaksanakan program imunisasi dasar lengkap.
Kedua, menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwita, Ratna (2018), variabel pengetahuan, variabel sikap, variabel dukungan keluarga, dan variabel tenaga kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi dasar di desa Sungai Air Putih Kecamatan Sungai Lala.
Ketiga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung, Ika Citra Dewi., Rohmawati, Lili., & Sofyani, Sri (2017), variabel pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar. Sedangkan variabel jenis kelamin, status nutrisi, cara lahir, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, urutan kelahiran, jumlah anak, dan usia ibu tidak mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar.
Keempat, menurut penelitian Nurhidayati (2016), variabel pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar merupakan faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas Pisangan kota Tangerang Selatan tahun 2016.
Kelima, berdasarkan penelitian Astari, Anak Agung Eka (2016), tingkat kelengkapan imunisasi lanjutan pada anak batita di Puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2016, dipengaruhi oleh variabel pengetahuan ibu tentang imunisasi lanjutan, variabel sikap ibu terhadap program imunisasi lanjutan, dan variabel peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang imunisasi lanjutan.
Pemerintah dapat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan capaian imunisasi berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukan oleh banyak pihak. Upaya pemerintah ini diharapkan menuai hasil yang signifikan, sehingga KLB pada anak-anak dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tidak perlu terjadi.
Keluarga Sehat dengan Imunisasi Lengkap
Banyak layanan imunisasi baik di posyandu, puskesmas, maupun tempat lainnya yang ditutup sementara selama masa pandemi Covid-19. Padahal, posyandu dan puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menjadi kekuatan utama dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Akibatnya ribuan anak ibu dan anak menjadi berisiko terhadap kesakitan dan kematian akibat Kejadian Luar Biasa (KLB) dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Melihat fakta di atas, melanjutkan layanan imunisasi di tengah pandemi adalah sebuah keharusan. Dengan catatan, pemberian layanan ini harus disertai dengan menerapkan prinsip PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dan menjalankan prosedur kesehatan yang dianjurkan selama pandemi Covid-19.
Adapun ketentuan ruang/tempat pelayanan imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya, sesuai petunjuk teknis pelayanan imunisasi pada masa pandemi Covid-19 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
- Menggunakan ruang/tempat pelayanan yang cukup besar dengan sirkulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka halaman puskesmas atau di dalam kendaraan puskesmas keliling di halaman puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi).
- Apabila ruang/tempat pelayanan menggunakan kipas angin, letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi.
- Ruang/tempat pelayanan imunisasi tidak berdekatan atau terpisah dari poli pelayanan anak atau dewasa sakit.
- Memastikan ruang/tempat pelayanan bersih dengan membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan.
- Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.
- Atur meja pelayanan antar petugas dan orang tua agar berjarak aman 1-2 meter.
- Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi dan anak sehat.
- Sebaiknya sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi sasaran imunisasi dan pengantar dengan pengunjung puskesmas yang sakit. Atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan masuk bergantian.
- Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua dan pengantar untuk menunggu sebelum dan 30 menit sesudah imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1-2 meter. Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sebelum dan sesudah imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka.
Sedangkan ketentuan waktu pelayanan imunisasi sesuai petunjuk teknis pelayanan imunisasi pada masa pandemi Covid-19 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
- Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi di puskesmas yang terpisah dari layanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) atau dewasa sakit. Atur agar pelayanan imunisasi dilaksanakan di ruang terpisah dari pelayanan MTBS.
- Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak, bagi menjadi beberapa kali hari atau sesi pelayanan imunisasi agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan orang.
- Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan lain bersamaan dengan imunisasi jika memungkinkan.
- Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader yang dapat dihubungi oleh orang tua atau pengantar untuk membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan datang.
Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Kesehatan, telah melakukan penilaian cepat di berbagai fasilitas kesehatan. Hal ini bertujuan untuk penguatan kembali sistem layanan imunisasi guna mengatasi kesenjangan imunisasi yang terjadi. Kesenjangan imunisasi yang teratasi berdampak pada menurunnya kerentanan risiko jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi harus terus dibangun. Masyarakat harus disadarkan mulai dari lini individu dan keluarga bahwa dengan imunisasi, seseorang tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan jika suatu saat nanti terpajan suatu penyakit.
Imunisasi berdampak langsung pada terciptanya keluarga yang sehat. Selain itu, imunisasi juga berdampak tidak langsung terhadap pendidikan dan pembangunan ekonomi.
Memperluas akses imunisasi merupakan hal yang penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Hal ini karena imunisasi merupakan salah satu investasi terbaik dalam kesehatan global dan memiliki peranan penting dalam mencapai 14 dari 17 Sustainable Development Goals.
Jika imunisasi lengkap, maka keluarga tetap sehat, kini dan nanti. Bersama kita imunisasi, keluarga sehat lewati pandemi. Imunisasi lengkap, Indonesia sehat. Sehat negeriku!
Sumber:
https://kemkes.go.id/
https://promkes.kemkes.go.id/
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
https://www.unicef.org/
Astari, Anak Agung Eka. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Tiga Tahun di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2016. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.
Juwita, Ratna. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Sungai Air Putih Kecamatan Sungai Lala Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, No. 2, Tahun 2018.
Nurhidayati. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tanjung, Ika Citra Dewi., Rohmawati, Lili., & Sofyani, Sri. 2017. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap dan Faktor yang Mempengaruhi. Sari Pediatri, Vol. 19, No. 2, Agustus 2017.
Wulansari dan Nadjib, Mardiati.2019. Determinan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada Penerima Program Keluarga Harapan. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, Vol. 4, No. 1, 2019.
2 Comments
betul dan kita merasa aman mau pergi kemana2 ya
ReplyDeleteBetul. Sehat kini dan nanti, berkat imunisasi:)
ReplyDelete