Impulsive Buying Kala Pandemi


Tak terasa, pandemi covid-19 sudah satu tahun lebih mendera negeri ini. Banyak korban berjatuhan. Obituary seolah tak pernah absen dalam keseharian. Orang-orang jauh awalnya, tapi kemudian orang-orang terdekat pun menjadi korban.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi warganya. Pemerintah peduli, agar korban tidak semakin banyak berjatuhan. Program vaksinasi terus digalakkan. Namun, masih juga ada yang enggan. Ketercapaian target vaksin yang belum sesuai angka yang diharapkan, membuat Indonesia masih perlu waspada terhadap dampak pandemi covid-19. Hal ini semakin diperburuk dengan keengganan masyarakat melakukan swab. Padahal, ketika swab tidak dilakukan, akan menyebabkan kondisi yang sebenarnya tidak terdeteksi dengan pasti. Ketidakpastian kondisi ini bisa berbahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri, bisa menyebabkan lambatnya penanganan yang tepat. Bagi orang lain, menyebabkan orang lain terinfeksi.

Banyaknya korban yang berjatuhan, memicu terjadinya impulsive buying. Impulsive buying merupakan perilaku pembelian terhadap suatu barang tanpa berpikir panjang. Impulsive buying saat pandemi berpusat pada barang-barang yang berkenaan dengan kesehatan, misalnya masker, vitamin, susu, dan lain-lain.

Banyaknya uang yang dimiliki menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan impulsive buying. Uang di tangan pada saat kesehatan menjadi yang diutamakan, membuat orang berbelanja cukup banyak pada barang-barang kesehatan. Apalagi saat barang tersebut diberikan potongan harga pada pembelian jumlah tertentu. Rasa sayang kehilangan moment potongan harga sangat mendominasi. Jika sudah begitu, impulsive buying akan terjadi

Jika setiap orang melakukan impulsive buying pada suatu barang kesehatan, maka dampaknya barang tersebut menjadi langka. Kelangkaan barang ini sangat berbahaya. Apalagi jika sudah menyangkut nyawa. Belum lagi jika permintaan terhadap barang tersebut tinggi, harga barang tersebut lambat laun juga akan meningkat. Bagi orang yang berkelimpahan, naiknya harga barang tentu tidak berdampak banyak. Berbeda jika pada orang yang mempunyai keterbatasan keuangan, naiknya harga barang akan berdampak signifikan terhadap hidupnya.

2 Comments

  1. iya betul mba, beberapa waktu lalu ramai terjadi impulsive buying terhadap suatu barang. Akhirnya barangnya harganya jadi mahal. Sedih banget :(

    ReplyDelete