Sembilan tahun lalu, tepatnya
pada gelaran Piala AFF 2010, Indonesia pernah merasakan bagaimana gegap
gempitanya sepakbola tidak seperti biasanya. Ya, pada saat itu penampilan Timnas
Indonesia seakan menyihir seluruh lapisan masyarakat. Ibu-ibu rumah tangga dan
kaum hawa seakan kompak menghapus channel sinetron di televisinya dan mendadak
gila bola dengan “demam Irfan Bachdim”-nya. Anak-anak sekolah seakan berlomba-lomba untuk mendapatkan jersey timnas, hingga pemandangan penjual jersey timnas di
pinggir jalan layaknya penjual terompet di saat malam tahun baru, berderet dan
laku keras. Gelaran nonton bareng di setiap sudut kampung seakan menjadi wajib
hukumnya. Meskipun pada akhirnya Timnas Indonesia belum berhasil mengukir
sejarah dengan menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya, akan tetapi fenomena
tersebut menunjukkan bahwa sepakbola adalah bahasa universal yang dapat
menyatukan seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, agama
dan ras.
![]() |
Foto: Credit |
Mimpi mempunyai timnas sepakbola
yang kuat dan berprestasi adalah mimpi seluruh pecinta sepakbola indonesia. Tak
dapat dipungkiri untuk bisa menghasilkan timnas sepakbola yang kuat dibutuhkan
kompetisi yang sehat. Tata kelola kompetisi dan dukungan dana berlimpah mutlak
diperlukan untuk menghasilkan kompetisi yang berkualitas. Shopee telah mencoba
membuat satu langkah fenomenal dengan menjadi sponsor tunggal gelaran kompetisi
kasta tertinggi di negeri ini, yaitu dengan tajuk Shopee Liga 1. Langkah Shopee
tersebut dapat dikatakan berani karena sepakbola indonesia baru saja diguncang
skandal mafia yang menciderai roh sportifitas dalam sepakbola. Apresiasi tinggi
para pecinta sepakbola indonesia layak diberikan kepada keberanian Shopee yang
telah bersama-sama ikut mendukung kebangkitan sepakbola Indonesia.
Shopee Liga 1 saat ini telah
memasuki putaran kedua. Salah satu indikator dari baik buruknya kompetisi
adalah ketatnya persaingan yang terjadi. Persija sebagai juara bertahan
kompetisi saat ini masih berkutat di zona degradasi. Kekuatan tradisional
sepakbola indonesia seperti Persib, PSM, Persebaya seakan belum menemukan formula
yang pas untuk sekedar keluar dari papan tengah. Tiga besar klasemen saat ini dikuasai klub-klub “kemarin sore” yaitu Bali
United, TIRA-Kabo dan Madura United. Meratanya kekuatan klub-klub peserta
kompetisi dengan tidak adanya satu klub yang dominan seperti Juventus di Liga
Italy akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta sepakbola. Setiap
pertandingan akan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Perpaduan antara
kemasan hiburan dari Shopee sebagai sponsor dengan sajian pertandingan
berkualitas telah menjadikan Shopee Liga 1 sebagai salah satu hiburan menarik di
tengah panasnya suhu politik nasional.
Hingga separuh perjalanan
kompetisi musim ini, tentunya ada juga hal-hal yang perlu diperbaiki. Kritik dan
saran perlu diberikan untuk perbaikan kompetisi yang nantinya akan bermuara
pada terbentuknya tim nasional yang kuat dan berprestasi. Yang pertama, yaitu
berkaitan dengan jadwal kompetisi yang terlalu padat. Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap level kebugaran pemain ketika harus bertanding dalam
jangka waktu yang sangat pendek. Dan, ditambah dengan jarak antar kota di
indonesia yang sangat menguras energi dikarenakan indonesia merupakan negara
kepulauan. Dampak yang paling terlihat tentunya masih segar di ingatan kita
ketika timnas menjadi bulan bulanan Malaysia dan Thailand di Kualifikasi Pra
Piala Dunia 2022. Walaupun secara skill individu pemain timnas kita tidak
kalah, akan tetapi dari segi stamina, pemain kita kalah jauh. Padahal tak dapat
dipungkiri sehebat apapun skill pemain, ketika stamina sudah habis, maka pada
saat itulah pemain tersebut seakan akan berubah menjadi pemain medioker tanpa
skill.
Kemudian yang kedua, adalah
mengenai pembatasan jumlah pemain asing. Mayoritas klub-klub peserta Shopee
Liga 1 mempercayakan posisi-posisi penting seperti striker, playmaker dan bek
tengah kepada pemain asing. Hal ini dapat dilihat dari 4 besar top skor atau
pencetak gol terbanyak dikuasai oleh pemain asing. Akibatnya, terjadi minim kesempatan bermain bagi pemain-pemain lokal yang notabene adalah aset
berharga tim nasional. Kita dapat mengambil contoh Inggris yang saat ini
disebut-sebut memiliki kompetisi terbaik di dunia. Puluhan pemain top dengan
harga selangit ada di Liga Inggris, belum lagi ditambah dengan hadirnya
pelatih-pelatih kelas dunia yang menyebar di klub-klub Liga Inggris. Bahkan hak
siar liga Inggris disebut-sebut sebagai yang termahal di dunia. Akan tetapi,
mari kita lihat prestasi tim nasional Inggris, tampil sebagai juara piala
dunia hanya 1 kali dan itupun terjadi pada tahun 1966. Ya., 53 tahun yang lalu!
Jika kita belajar dari liga Inggris maka ada satu hal yang dapat kita petik,
liga Inggris tidak memberlakukan batasan pemain asing, bahkan tidak jarang starting line up klub di liga Inggris
tidak terdapat satu pun pemain Inggris, seluruhnya adalah pemain asing,
sehingga pemain lokal Inggris menjadi kurang jam terbang dan imbasnya tim
nasional inggris tidak pernah juara dunia lagi sejak tahun 1966.
Dari kedua hal tersebut kita semua
berharap Shopee Liga 1 dapat memetik pelajaran berharga untuk kemajuan
kompetisi ke depan. Semoga mimpi semua pecinta sepakbola Indonesia untuk
mempunyai timnas yang berprestasi dapat terwujud. Hingga suatu saat nanti
ketika ada orang awam bertanya, “Apa itu sepakbola?” Anda cukup menjawab
dengan satu kata “Indonesia”. Ya, karena semua definisi sepakbola ada di sana.
Semoga. Amin.
0 Comments