Sewaktu tinggal di Jogja, menemukan olahan daging kambing dengan aroma khas prengusnya sangatlah mudah. Berbeda di sini, Tanjungpinang, yang mana hampir tidak ada orang yang menjual olahan daging kambing dengan mempertahankan aroma prengusnya.Akhirnya ketika kami rindu akan aroma prengus, mau tidak mau harus memasak sendiri. Mulai dari sate goreng kambing, gulai kambing, atau tongseng kambing dengan bumbu khas Solo, saya memasaknya tanpa menghilangkan aroma prengusnya. Jika begitu, saya dan suami akan lahap menyantapnya.
Pernah saya berandai-andai mau menjual olahan daging kambing lengkap dengan prengusnya. Tetapi, hal itu saya urungkan karena kebanyakan orang yang tinggal di Tanjungpinang mengaku tidak menyukai aroma prengus.
Dari ilustrasi di atas, saya menyimpulkan bahwa market di Tanjungpinang untuk olahan daging kambing adalah tanpa aroma prengus. Dari riset sederhana itulah saya mengurungkan perpanjangan angan saya.
Begitulah, ketika kita akan membuka usaha kuliner, bukan selera kita yang diperturutkan. Tetapi butuh riset meski sederhana, untuk mencari tahu selera market seperti apa. Selanjutnya, konsep marteking mix harus diperhatikan. Marketing mix yang sering diungkapkan dengan 7P, meliputi Products, Price, Place, Promotions, Participants, Process, dan Physical Evidence.
Era abundance yang sudah di depan mata, sebaiknya disikapi dengan menguatkan marketing mix yang dibarengi dengan kreativitas, kecerdasan emosi, spiritual, dan sosial. Jangan pernah terlena dengan testimoni yang memuji. Justru, dari situlah ada sebuah prosedur mandatory, yaitu berinovasi. Inovasi ini kaitannya dengan upaya berkesinambungan menghadirkan produk yang unik dan enak di depan pelanggan.
Di Tanjungpinang dan kota-kota lainnya mulai bertebaran produk yang seragam. Produk itu hadir di market bak air bah, begitu tiba-tiba dan banyak! Ya, waralaba memang hadir sebagai solusi bagi pemilik modal yang mempunyai sedikit pengetahuan tentang bisnis. Pemodal tinggal menyetorkan sejumlah uang, maka ia bisa memulai bisnis dengan skala yang disesuaikan dengan besaran uang yang disetor. Bisa jadi, awalnya pemodal merupakan satu-satunya pemain waralaba produk tertentu. Tetapi, saya yakin hal ini tidak akan bertahan lama. Dalam beberapa periode selanjutnya, mulai bermunculan follower waralaba dengan produk sejenis. Lumrah! Karena semua orang mempunyai hak yang sama untuk membeli sebuah waralaba, apalagi jika waralaba yang pertama dilihat begitu laris manis. Sontak, semua pemilik modal akan mengikutinya. Jika pemilik modal yang sudah menjelma menjadi pemilik waralaba tadi tidak berinovasi, makan market-nya semakin hari semakin berkurang. Tentu saja, hal ini karena market sharing telah terjadi pada populasi konsumen yang cenderung tetap jumlahnya.
Kembali ke aroma prengus di awal tulisan ini. Aroma prengus di Tanjungpinang bisa jadi tidak mempunyai market. Tetapi jangan khawatir, di wilayah lain bisa jadi aroma prengus menjadi primadona dalam olahan daging kambing. Nah, di lokasi yang menjadikannya primadona itulah sebaiknya olahan daging kambing lengkap dengan aroma prengus dijual. Yang pasti, sebelum berjualan, lakukan studi kelayakan bisnis terlebih dahulu. Kalau mau jualannya berhasil, segera hapus mind set "mulai aja dulu". Menurut saya, itu terlalu berspekulasi. Tetap planning adalah nomor satu sebelum memulai sebuah bisnis. So, buatlah rencana bisnis terlebih dahulu sebelum modal keluar ya:)
Di Tanjungpinang dan kota-kota lainnya mulai bertebaran produk yang seragam. Produk itu hadir di market bak air bah, begitu tiba-tiba dan banyak! Ya, waralaba memang hadir sebagai solusi bagi pemilik modal yang mempunyai sedikit pengetahuan tentang bisnis. Pemodal tinggal menyetorkan sejumlah uang, maka ia bisa memulai bisnis dengan skala yang disesuaikan dengan besaran uang yang disetor. Bisa jadi, awalnya pemodal merupakan satu-satunya pemain waralaba produk tertentu. Tetapi, saya yakin hal ini tidak akan bertahan lama. Dalam beberapa periode selanjutnya, mulai bermunculan follower waralaba dengan produk sejenis. Lumrah! Karena semua orang mempunyai hak yang sama untuk membeli sebuah waralaba, apalagi jika waralaba yang pertama dilihat begitu laris manis. Sontak, semua pemilik modal akan mengikutinya. Jika pemilik modal yang sudah menjelma menjadi pemilik waralaba tadi tidak berinovasi, makan market-nya semakin hari semakin berkurang. Tentu saja, hal ini karena market sharing telah terjadi pada populasi konsumen yang cenderung tetap jumlahnya.
Kembali ke aroma prengus di awal tulisan ini. Aroma prengus di Tanjungpinang bisa jadi tidak mempunyai market. Tetapi jangan khawatir, di wilayah lain bisa jadi aroma prengus menjadi primadona dalam olahan daging kambing. Nah, di lokasi yang menjadikannya primadona itulah sebaiknya olahan daging kambing lengkap dengan aroma prengus dijual. Yang pasti, sebelum berjualan, lakukan studi kelayakan bisnis terlebih dahulu. Kalau mau jualannya berhasil, segera hapus mind set "mulai aja dulu". Menurut saya, itu terlalu berspekulasi. Tetap planning adalah nomor satu sebelum memulai sebuah bisnis. So, buatlah rencana bisnis terlebih dahulu sebelum modal keluar ya:)
4 Comments
waaaah mba, kita samaaa nih kesukaannya...kalo kambing suka yg beraroma prengus. walopun yg ga bau bakal aku makan juga sih. tp rasanya jd kayak ga makan kambing yaaa :D.
ReplyDeletedi jkt pun jrng nemuin yg bau kambingnya msh prengusm rata2, udah ilang.
btw, setuju ttg konsep bisnisnya. bisnis tanpa perencanaan dan survey yg kuat, ga bakal bertahan sih :)
Hehe..bukan daging kambing klo nggak prengus ya mb:)
DeleteStudy kelayakan bisnis itu mutlak bagi siapa saja yang ingin bisnisnya lancar;)
daging kambing paling enak
ReplyDeleteBetul. Dan sangat bermanfaat bagi yang sering pitam karena kurang darah..
Delete