Ada pepatah legendaris yang menyatakan bahwa hidup hanyalah sekadar numpang minum. Aku pun mengiyakan. Tetapi menurutku, minuman apa yang kita minum juga perlu didefinisikan. Mau minum segelas air putih saja, minum seteko teh, atau bahkan hanya minum secangkir kopi, bebas saja asal membuat bahagia. Sekadar numpang minum itu juga bisa dimaknai sekadar minum seorang diri atau tulus mau berbagi secangkir minuman yang kita punyai, lagi-lagi si empunya minuman yang bisa memutuskan.
Hidup yang hanya sekadar numpang minum bagiku punya makna tersendiri. Aku memang sekadar minum, tetapi yang aku mau itu sungguh berarti. Singkat tetapi menuai makna yang padat. Minumku mungkin hanya secangkir kopi. Tapi akan menjadi berarti ketika aku mau berbagi. Aku haus dan dia juga haus. Ketika secangkir kopi kuteguk sendiri tentu rasa hausku segera pergi. Tapi, jika secangkir kopiku kubagi, rasa hausku pasti pergi dan aku bisa membuat raut mukanya berseri.
![]() |
Secangkir kopi |
Menjadi seorang narablog ibarat membagi secangkir kopi. Aku punya sedikit ilmu. Bisa saja aku memilih menyimpannya sendiri. Biar hanya aku yang paling menguasai. Kalau ada peluang, tentu langkahku lebih gemilang tanpa ada sebuah persaingan. Tapi untuk apa? Batinku bergejolak ketika aku punya ilmu dan aku tidak mampu membaginya. Maka aku mencari cara bagaimana aku bisa berbagi. Lalu aku menemukan pekerjaan yang mengharuskanku berbagi ilmu. Aku pun menjalaninya dengan penuh suka cita. Aku bahagia saat beberapa pasang mata memperhatikanku ketika mengajarkan sebuah ilmu. Harapanku membuncah saat melihat mata para penimba ilmu di kelasku. Suatu hari nanti, satu atau banyak yang duduk di hadapanku ialah pemilik masa depan yang disebut banyak kalangan sebagai pimpinan. Ternyata gejolak batinku tidak cukup sampai di situ. Ada rasa tidak puas ketika ilmuku hanya kuajarkan ke beberapa insan yang berada di dalam kelasku saja. Aku butuh media selain ruang kelas. Seiring dengan berjalannya sang waktu, aku memilih menjadi seorang narablog. Ilmuku yang masih sedikit, jauh akan bertambah ketika aku menuliskannya. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Menjadi narablog berarti aku harus menulis dan menulis di dalam media blog. Untuk bisa konsisten menulis, tentu aku harus banyak membaca. Karena membaca dan lalu menuliskannya inilah aku yakin ilmuku pasti bertambah.
![]() |
Aku seorang narablog. |
Awal
perkenalanku dengan dunia blog tidak serta merta menghasilkan tulisan ratusan
kata. Blogpost pertama yang kutuliskan hanya
memuat beberapa kata saja. Aku lalu mencari tahu tentang apa yang terjadi
padaku, mengapa aku hanya mampu menulis yang pendek-pendek saja. Rasanya sulit
sekali menuangkan ide yang sudah menari di dalam pikiran. Lama aku mencari ilmu
apa gerangan yang harus kumiliki, agar aku mudah berbagi lewat karya literasi.
Seperti tulisku tadi, aku menjadi bahagia saat berbagi. Meski hanya berbagi
tips menulis blog berikut ini:
- Menentukan tujuan menulis blog.
- Buat tampilan blog yang simple, jangan habiskan waktu untuk mengubah-ubah tampilan blog.
- Mulai menulis apa saja yang terlintas di pikiran dalam draft blogpost.
- Fokus mengembangkan tulisan yang ada di dalam draft blogpost.
- Sebelum dipublikasikan, biasakan cek ulang tulisan. Pastikan alurnya tepat, tata bahasanya benar, dan tidak ada kesalahan pada tanda baca.
- Rajinlah membaca. Kebiasaan ini akan membuat mudah menemukan ide tulisan maupun memilih diksi dalam literasi.
- Konsisten menulis. Menulis itu menganut jam terbang. Semakin sering menulis, maka semakin mudah menuangkan ide ke dalam tulisan.
Seiring waktu, tulisanku semakin banyak. Awalnya hanya sekedar mengisi blog alakadarnya. Tapi, kemudian aku memberanikan diri mengikuti kompetisi. Satu dua blogpost yang kuikutkan kompetisi, menghasilkan sesuatu yang membuatku sesaat berbangga diri. Namaku tertulis di sebuah pengumuman kompetisi menjadi momen spesial tersendiri. Aku sesaat berbangga diri, karena aku masih jarang menjadi seorang pemenang. Paling bagus aku cuma memperoleh juara 3 dalam kompetisi blog yang diadakan perusahaan nugget kesukaan anak sulungku. Lumayan juga, sebuah smartphone sebagai hadiahnya. Ah, lagi-lagi aku memang hanya boleh sesaat berbangga diri. Bahkan aku sengaja menanamkan itu dalam benakku agar aku terus berusaha menulis yang lebih baik dari hari ke hari.
![]() |
Aku dan hadiahku dalam sebuah kompetisi blog |
"Rasa puas dan berbangga diri kerap menjadikanku berhenti. Sengaja aku tuliskan di sini, agar banyak yang tidak terjebak pada rasa ini. Siapa pun yang telah puas, akan merasa berada di zona nyamannya. Berkarya menjadi sebuah pilihan yang nanti saja akhirnya. Begitu juga dengan rasa berbangga diri. Berbangga diri atas kemenangan di sebuah kompetisi membuat seseorang akan merasa cukup sampai di sini. Tanpa disadari, lawannya yang akan menjadi juara di kompetisi berikutnya."
![]() |
Aku dan anak-anakku |
Di tahun 2019 ini, anak keduaku semakin besar, aku pun mulai melihat celah waktu untuk menulis. Aku punya resolusi yang cukup sederhana saja. Sesederhana syarat bahagiaku. Dengan begitu aku bisa bahagia di setiap waktu. Resolusiku menyambut tahun 2019 adalah:
- Aku ingin lebih produktif menulis
- Aku ingin kuliah lanjutanku berjalan lebih lancar
- Aku ingin lebih bermanfaat bagi sesama
- Aku ingin menambah frekuensi mengajarku
Menjadi narablog bagiku seperti membuat berarti bagi hidup yang terlalu singkat ini. Berapa lama hidupku menjadi kewenangan Yang Maha Esa untuk mengakhirkannya. Meski aku tidak mempunyai penyakit yang berbahaya, bukan berarti aku akan hidup lebih lama. Aku sadar kapan saja Sang Pemilik Jiwa akan mengambil nyawa yang dititipkan-Nya. Aku tidak mau mati percuma tanpa meninggalkan jejak apa pun di dunia. Setidaknya aku pernah menjejak di dunia digital dengan tulisan berkonten positif yang cukup kental. Kelak anak-anakku akan tahu, bahwa di era digital, ibunya pernah punya sedikit ilmu dan menyebarkannya lewat sebuah tulisan.
***
"Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Blog Nodi"
3 Comments
wow mantab kak filosifi urip kui mung numpang ngumbe hehee, smg tetap menginspirasi yah kak :)
ReplyDeleteaamiin. Terima kasih atas kunjungannya bang:)
DeleteSetuju banget harus rajin membaca dan tetap konsisten menulis.
ReplyDeleteSemangat Kak!