Setiap orang tua mempunyai impian anaknya kelak akan menjadi orang yang sukses. Mereka saling berlomba memberikan investasi yang memadai di bidang pendidikan kepada anak-anaknya. Begitu juga dengan saya, saya juga mempunyai mimpi bahwa kelak anak saya akan sukses. Alasannya tentu saja demi kebahagiaan anak saya. Tetapi barangkali pemikiran saya untuk meraih mimpi tersebut berbeda dengan para orang tua kebanyakan.
Saya memang memimpikan anak saya akan mendulang sukses, tetapi saya tidak memaksakan kehendak kepada anak saya untuk menjadi orang dengan profesi yang menurut khalayak adalah profesi orang sukses seperti dokter spesialis maupun bankir. Tetapi saya juga tidak akan menampik jika ternyata anak saya berminat dan berbakat dalam bidang kedokteran maupun bankir. Saya berusaha legowo kelak apapun yang diminati dan bakat anak saya, akan saya dukung sekuat tenaga.
Mewujudkan mimpi berarti mengukir langkah-langkah kecil namun pasti menuju impian tersebut. Karena anak saya masih berusia lima tahun, maka saya mulai merealisasikan mimpi saya dengan kata kunci "Got The Clue". Saat ini saya memang sedang mencari "clue" di bidang apa sebenarnya bakat dan minat anak saya. Pelan namun pasti saya selalu memberinya stimulus sesuai rentang usianya. Stimulus tersebut saya kemas sedemikian rupa sehingga anak saya selalu merasa ceria dan tidak merasa dipaksa. Contoh sederhana stimulus yang saya berikan yaitu mengajaknya ke pantai Trikora di Pulau Bintan. Di pantai, anak saya bebas bermain apa saja baik dengan saya atau ayahnya, maupun dengan teman-teman yang baru berjumpa di sana. Ketika anak saya menceburkan diri di pantai yang aman, di situ saya melihat ia berminat dan gembira. Tetapi setelah saya perhatikan ia tidak mahir berenang. Ah, sepertinya ini "clue" bahwa anak saya hanya senang berenang tetapi tidak berbakat. Eits, tunggu dulu! Saya tidak menyerah pada kenyataan bahwa anak saya tidak berbakat dalam berenang. Lain waktu saya akan mencoba mendaftarkan ia di tempat kursus berenang. Barangkali ia baru berminat sekarang dan bakatnya masih terpendam karena ia belum pernah mendapat pengajaran. Bisa jadi ketika ia sudah mengikuti kursus berenang maka bakatnya mulai akan ketahuan. Itulah yang saya harapkan. Akan tetapi, ketika ia telah mengkuti kursus dan ia tampaknya tidak berbakat, ya sudah. Saya tidak akan memaksanya menguasai suatu bidang sedangkan ia sendiri tidak berbakat. Begitu juga ketika ia tidak berminat, saya juga tidak akan memaksanya untuk menekuni bidang tersebut.
Masih soal mencari "clue" di pantai. Di pantai, saya melihat anak saya bisa membaur dengan anak-anak yang baru dikenalnya. Tanpa ada pertengkaran, mereka bisa bermain bersama dengan gembira. Di sini saya mendapatkan "clue" bahwa anak saya mempunyai potensi dalam hal berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari pun anak saya mempunyai banyak teman bermain. Inilah tugas saya untuk lebih mengembangkan keberanian dan kemampuannya dalam berkomunikasi.
Berenang di pantai Trikora |
Berkomunikasi dengan teman baru |
8 Comments
Dapet istilah baru nih,clue. Kl udah dapet cluenya lebih bisa mengarahkan anak ya mbk,mksh sharingnya
ReplyDeleteBetul, mak. Kita ga boleh maksain diri sama anak. Sama-sama, mak:)
DeleteTfs mak. Setuju dengan tidak memaksakan kehendak kepada anak. Tugas kita hanya mensupport ya mak. Keputusan ada ditangan sianak sendiri.
ReplyDeleteSama-sama, mak. Support adalah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh orang tua kepada anaknya:)
DeleteFinding the clue and then explore more ya Mak!! :)
ReplyDeleteThat's right, mak^^
ReplyDeleteGot the clue, clue untuk Alfi apa ya, sejauh ini saya memperhatikan dia minat kepada hal yang berbau teknik sipil, sepertinya menurun dari mbahnya yang suka dengan bangunan2, kita memang perlu mencari clue itu ya mak supaya kita bisa mengarahkan, terimakasih ya atas partisipasinya dalam GA Wujudkan impian mu
ReplyDeleteSama-sama, mak. Wahh, Alfi bisa jadi arsitek hebat itu:)
Delete