Entah sudah berapa kali saya melihat dan mendengar kisah pengkhianatan cinta rumah tangga, baik yang dikisahkan oleh si pengkhianat maupun pasangan yang dikhianati. Ternyata kisah-kisah seperti ini sudah tidak asing lagi. Padahal, dulu saya hanya menemukan kisah seperti ini melalui sebuah tulisan, bukan melihat ataupun mendengar secara langsung. Wahh, sungguh hal tersebut sempat membuat saya paranoid. "Jangan-jangan suami saya juga..." atau "Jangan-jangan saya nanti..." begitu pikir saya. Tidak! Saya langsung menetralisir segala pikiran buruk itu. Mudah-mudahan saya dan kita semua terlindungi dari segala bentuk pengkhiatan maupun godaan untuk berkhianat.
Bagaimana pengkhianatan itu bisa terjadi? Saya sempat menanyakan kepada orang-orang yang telah mengkhianati rumah tangganya. Ada beberapa sebab mengapa ia berkhianat, diantaranya ketidakpuasan dalam rumah tangga, komunikasi yang tidak bersambung, kekecewaan yang menumpuk dan masih banyak lagi. Kata mereka, pengkhianatan itu tidak terjadi serta merta. Biasanya terjadi karena akumulasi hal-hal negatif dalam rumah tangganya.
Sebutlah Si A yang bercerita mengapa ia berkhianat. Awalnya si A mempunyai kehidupan rumah tangga yang cukup adem ayem. Seolah tanpa konflik! Usut punya usut ternyata konflik di dalam rumah tangganya memang sering terjadi. Tetapi Si A berada dalam posisi mengalah. Salah satu pihak mengalah, maka konflik tidak lagi membesar, bahkan seolah sirna. Sikap mengalah Si A tidak hanya sekali,tetapi berulang kali. Dan pasangan Si A pun menganggap semuanya baik-baik saja, toh Si A tidak melakukan tindakan frontal. Itu indikasinya. Padahal nyatanya, sikap mengalah Si A hanya mengalah saja, dan itu menumpuk menjadi satu kekecewaan yang kian membesar. Hingga suatu ketika si A bertemu dengan seseorang yang mau mendengarkannya. Seorang pendengar yang bisa membuat Si A tidak dalam posisi mengalah serta tidak membuatnya kecewa. Bak gayung bersambut, terjadilah pengkhianatan itu. Si A sadar betul jika ia telah berkhianat. Tetapi ia tidak mau memperjuangkan cinta dalam rumah tangganya...
"Kadangkala. seseorang yang sudah enggan memperjuangkan cinta, bisa jadi ia sudah memiliki "cadangan" cinta. Atau bisa jadi juga ia telah lelah membersamai cinta.."
Kalimat di atas saya peroleh dari seorang teman. Setelah saya cermati, kadang ada benarnya juga ya! "Cadangan" bukan hadir secara instan. Ia butuh proses. Selagi proses itu masih seujung kuku, mudah-mudahan saya dan kita semua bisa menyadari dan lantas mencegahnya. Mencegah bukan berarti memaki-maki pasangan atau pun "cadangan" itu, tetapi lebih kepada introspeksi diri dan bilamana perlu merubah apa-apa yang seharusnya kita rubah baik sikap maupun tutur kata.
6 Comments
iya mbak bener sekali, hendaknya kita introspeksi diri kita sendiri dulu :)
ReplyDeleteiya, mb.. dan semoga jangan sampai terjadi..amiin.
DeleteKalau sudah punya cadangan, itu yang terkadang malah membahayakan. Mengalah itu bagus demi keutuhan rumah tangga. Tapi berkomunikasi jauh lebih bagus.
ReplyDeleteMengalah demi keutuhan rumah tangga sangat berat, butuh perjuangan hebat karena harus terus bersama dengan luka cinta yang menganga..
Deletecadangan cinta! kata yg menarik untuk tema cerita pendek nih Mak..saya berdoa smg tidak mengeliminasi perjuangan cinta yg telah sampai hingga di titik ini :)
ReplyDeleteamiinn.Iya, mak:)
Delete