Akhirnya dimuat di Leisure Republika!

Senang bukan kepalang setelah berkali-kali kirim e-mail dan selalu memperoleh notifikasi "failure", akhirnya e-mail saya terkirim juga pada tanggal 15 Desember 2014. Selang beberapa waktu kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Desember 2014, tulisan saya untuk pertama kalinya dimuat di Leisure harian Republika. Untungnya saat beberapa kali gagal kirim, saya tidak langsung menyerah! 
Beberapa kali mengirimkan naskah ke berbagai harian dan proyek nulis, tulisan saya sering sekali diedit bagian judulnya. Yup, artinya saya harus tambah giat belajar biar bisa membuat judul yang eye catching!
Di bawah ini tulisan versi blog yang dimuat di Leisure Republika. Seperti biasa, antara tulisan asli dan yang terbit seringkali berbeda karena pasti diedit di mana-mana termasuk judulnya:)



MENGAJARKAN ANAK BERBAGI
Oleh: Erlina Fitriani (Ibu Satu Anak)

Anak saya saat ini berusia 4 tahun 10 bulan. Ia sangat gemar berbagi apa saja dengan teman-temannya. Saya merasa senang akan karakter positifnya yang demikian. Meski dalam nominal rupiah anggaran belanja saya menjadi bertambah, tidak menyurutkan saya untuk selalu mendukung kebiasaan berbaginya. Nilai positif yang saya dapatkan jauh lebih besar daripada sejumlah Rupiah yang masih bisa saya usahakan untuk mencarinya. Saya yakin bahwa dengan gemar berbagi, anak saya akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu peduli di setiap lingkungan yang ia tinggali.
Karakter berbagi yang melekat pada anak saya tidak datang begitu saja. Saya sengaja menanamkannya sejak ia masih dalam buaian. Sejak ia masih bayi, saya selalu melibatkannya dalam kegiatan berbagi. Sederhana saja, setiap saya sedang berbagi saya selalu melakukannya sambil menggendong anak saya dengan tidak lupa menerangkan apa itu berbagi kepadanya. Contohnya ketika saya akan memberikan sembako kepada orang yang tidak mampu, saya sengaja sambil menggendong anak saya. Berat dan sedikit repot tampaknya, tetapi demi membangun karakter positifnya, hal itu tidak mengurungkan niat saya untuk berbagi bersama anak. Banyak yang kontra dengan kebiasaan saya. Beberapa malah mengatakan secara terang-terangan bahwa hanya merepotkan saja berbagi sambil menggendong bayi. Tidak ada manfaatnya selain capek, begitu kata mereka. Tetapi saya tidak peduli. Saya tetap pada keyakinan saya bahwa meski ia masih bayi, tetapi saya yakin bahwa ia sedikit demi sedikit akan mengerti dan terbiasa untuk berbagi. Pembiasaan berbagi sejak dini, itu tujuan saya melibatkannya berbagi ketika ia masih bayi.
Pembiasaan berbagi sejak dini yang saya lakukan pun menunjukkan hasil. Hingga sekarang, setiap kali sedang berbelanja di swalayan, anak saya jarang meminta dibelikan satu. Pasti ia sudah mempunyai nama-nama teman yang akan dibaginya. Baik makanan, minuman maupun mainan selalu dilebihkan membeli untuk temannya. “Bu, Fadhil beli susunya tiga ya? Satu untukku, satu untuk Rizki, dan satu lagi untuk Lintang!” kata anak saya bersemangat saat kami sedang berbelanja di sebuah swalayan. Sontak saya langsung mengiyakan sambil tak lupa memberinya pujian karena ia telah berkarakter positif yaitu berbagi. Dengan sedikit apresiasi yang saya berikan, anak saya semakin bersemangat melakukan kebaikan berbagi tersebut.
Berbagi adalah karakter positif yang sangat baik ditanamkan pada setiap generasi agar selalu peduli. Ketika anak telah melakukannya, ada baiknya orang tua memberikan apresiasi seperti pujian maupun hadiah agar anak senantiasa menjaga kebiasaan berbaginya. Kebiasaan berbagi yang tertanam kuat pada anak, kelak akan ia bawa hingga dewasa, bahkan tidak dipungkiri ia akan menularkannya kepada orang lain melalui inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan betapa indahnya sebuah masyarakat yang tercipta dengan karakter saling berbagi yang mengakar kuat. Semua itu bias terwujud dari tangan setiap ibu untuk mengajarkan berbagi kepada anak-anaknya.
Foto yang dimuat di Leisure

12 Comments