Stimulus Kecerdasan di Masa Balita

Bagi saya, masa balita adalah masa yang penuh drama. Ada saat-saat sukacita tetapi ada juga saat-saat meradang menahan sesak di jiwa. Saat sukacita seperti ketika anak bertambah kemampuannya. Saat dukacita adalah saat anak terserang sakit dan harus opname di rumah sakit, seperti yang dialami oleh anak saya beberapa hari yang lalu. Rasanya sungguh lara tak terkira melihat anak terbaring lemah dengan suhu mencapai angka 40 derajat celcius dan trombositnya teramat rendah. Belum lagi saat anak tidurnya lasak yang menyebabkan selang infusnya lepas sehingga bed-nya bercucuran darah merah. Untungnya saya dan suami saya segera terbangun melihat kejadian itu, jika tidak mungkin anak saya sudah kehilangan banyak darah. Sungguh lara memang, sampai-sampai melihat darah itu bukannya saya melakukan sesuatu, tetapi pandangan saya malah mendadak menjadi gelap dan badan terasa lemas. Untung suami saya segera mencari pertolongan pada perawat yang sedang berjaga pada dini hari itu.

Anak saya terkena DB dan harus opname

Sebentar lagi anak saya akan meninggalkan masa balitanya. Tepatnya di bulan Februari tahun 2015 nanti, anak saya tepat berusia 5 tahun. Rasa senang karena anak telah bertambah dewasa sekaligus sedih karena anak saya sudah meninggalkan masa emas (golden age)-nya. Masa emas adalah masa di mana semua orang tua mempunyai kesempatan yang besar untuk menstimulus balitanya agar sinapsis-sinapsis di otaknya tumbuh sempurna. Anak denga stimulus yang optimal sesuai masa tumbuh kembangnya kelak akan menjadi generasi unggul yang percaya diri. Sebagai orang tua biasa, saya pun mencoba belajar tentang bagaimana mengawal tumbuh kembang anak sekaligus memberinya stimulus yang optimal. Harapan saya sama seperti harapan para orang tua lainnya yaitu agar anak menjadi generasi beriman, unggul dan percaya diri.

Saat bermain gitar di atas karpet angka sungguh merupakan saat bahagia. Kami bermain tebak angka, bernyanyi aneka lagu dalam bahasa Indonesia dan bersenang-senang sekaligus belajar. Lewat kebersamaan kami ini, stimulus atas kecerdasan musikal, kecerdasan logika dan kecerdasan linguistiknya ikut terasah.

Bermain gitar di atas karpet angka

Bermain pasir di pantai Kuta Bali adalah salah satu cara saya untuk mengasah kecerdasan naturalis dan kecerdasan visual-spasialnya. Kebetulan pada saat itu saya dan keluarga sedang ada acara di Denpasar Bali. Jadi sekalian saja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenalkan aneka tekstur pasir di Kuta sekaligus mengenalkannya pada deburan ombak pantainya.

 Kecerdasan gerak tubuh anak, saya stimulus dengan beragam mobil-mobilan. Ketika bermain mobil-mobilan, anak saya tidak hanya diam di tempat, tetapi kesana kemari memainkan mobil-mobilannya.

Saya membiarkan anak saya untuk mengenali dirinya dan juga berinteraksi dengan anak lainnya. Hal tersebut saya maksudkan untuk menstimulus kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonalnya.

 Ah, sebentar lagi masa balita anak saya lewat. Semoga semua stimulus kecerdasan yang telah saya berikan membuatnya tumbuh optimal sesuai dengan masa tumbuh kembangnya. Tak lupa, doa-doa selalu saya hujankan mengiringi setiap pertambahan usianya.

" Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away "Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu"