Peristiwa ini saya alami sendiri beberapa waktu yang lalu. Adalah saya yang memberikan sejumlah uang kepada teman saya untuk membayar arisan. Teman saya langsung menerimanya tanpa menghitung ulang. Memang, sebelumnya saya sudah berulang menghitungnya dan kemudian menempatkannya ke dompet khusus. Keanehan terjadi beberapa saat setelah teman saya pergi meninggalkan saya. Teman saya datang kembali kepada saya dan mengatakan bahwa uang yang saya berikan tadi tidak cukup untuk membayar arisan. Saya pun heran karena saya sudah yakin benar. Tetapi, saya tidak mau meributkan hal kecil ini. Langsung saja saya berikan kekurangannya. Saya berprasangka baik barangkali uang saya jatuh entah kemana atau keselip di mana.
Kejadian kecil di atas menjadikan saya untuk menegaskan bahwa serah terima uang harus disertai hitung ulang uang yang telah diterima. Aplikasi peraturan di bank bahwa menghitung dahulu sebelum meninggal teller mutlak dilaksanakan. Jika terjadi salah hitung di depan teller, masih bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi, jika sudah meninggalkan teller, sudah tidak bisa komplain lagi.
Masalah klasik yang terjadi di kehidupan sehari-hari adalah orang Indonesia masih menganut sistem percaya dan segan. Percaya kepada si pemberi uang bahwa jumlah uang yang diterimanya adalah benar. Dan segan apabila harus menghitung ulang. Segan karena takut disangka tidak percaya kepada si pemberi uang.
Menurut saya, kalau mau sama-sama enak, lebih baik membuang jauh-jauh masalah klasik di atas. Serah terima uang akan berjalan lancar jika kedua belah pihak mau sama-sama menghitung di tempat. Potensi salah hitung pun dapat segera diselesaikan. Bayangkan apabila sama-sama percaya dan segan, ternyata yang terjadi adalah salah hitung.. Tentu hal ini akan menimbulkan rasa tidak enak yang lebih besar. Bagi si penerima, tentu ia akan rugi karena uang yang kurang. Sedangkan bagi si pemberi uang, tentu ia akan merasa bersalah karena telah salah memberikan uang, atau.. bisa jadi ia berprasangka buruk bahwa si penerima telah menggelapkan uangnya. Dari prasangkanya bisa saja timbul emosi yang menyebabkan kemarahan. So, demi mencegah hal-hal yang tidak baik di atas, ada baiknya untuk memperhatikan hal kecil ini: Jangan segan menghitung ulang!
Masalah klasik yang terjadi di kehidupan sehari-hari adalah orang Indonesia masih menganut sistem percaya dan segan. Percaya kepada si pemberi uang bahwa jumlah uang yang diterimanya adalah benar. Dan segan apabila harus menghitung ulang. Segan karena takut disangka tidak percaya kepada si pemberi uang.
Menurut saya, kalau mau sama-sama enak, lebih baik membuang jauh-jauh masalah klasik di atas. Serah terima uang akan berjalan lancar jika kedua belah pihak mau sama-sama menghitung di tempat. Potensi salah hitung pun dapat segera diselesaikan. Bayangkan apabila sama-sama percaya dan segan, ternyata yang terjadi adalah salah hitung.. Tentu hal ini akan menimbulkan rasa tidak enak yang lebih besar. Bagi si penerima, tentu ia akan rugi karena uang yang kurang. Sedangkan bagi si pemberi uang, tentu ia akan merasa bersalah karena telah salah memberikan uang, atau.. bisa jadi ia berprasangka buruk bahwa si penerima telah menggelapkan uangnya. Dari prasangkanya bisa saja timbul emosi yang menyebabkan kemarahan. So, demi mencegah hal-hal yang tidak baik di atas, ada baiknya untuk memperhatikan hal kecil ini: Jangan segan menghitung ulang!
8 Comments
Setuju banget, mak. Uang adalah hal yang sensitif. Dan kita tak terbebas dari khilaf.
ReplyDeletekarena sensitif itu, maka kita harus hati-hati:)
DeleteMak, napa masih ada verifikasi dalam kolom komentar? Apakah link yang saya berikan untuk menghilangkan verifikasi tak diterapkan? Makasih.
ReplyDeleteSaya coba terapkan lagi, mak. Skrg sdh bisa kan?
DeleteSudah bisa, alhamdulillah, makasih. Jadi bebas komen dan tak dihalang palang, hihi....
DeleteSemoga nanti banyak yang bertandang.
hehe..makasih atas ilmunya ya, mak:)
Deletebetul mak,, terutama habis belanja.. jgn lupa kembaliannya di periksa lagi
ReplyDeleteyes, iya mak:)
Delete