Hutang!

"Maaf, kak. Saya tidak bisa bantu. Saya sendiri lagi banyak kebutuhan."

"Yah.. padahal saya lagi butuh kak.. Memang sih, pinjaman saya yang kemarin belum saya kembalikan. Kalau saya ada uang, pasti segera saya kembalikan. Tapi saya butuh lagi nih, kak.. please..!"

Dialog di atas seringkali terjadi di kehidupan sehari-hari. Awalnya hubungan pertemanan berjalan biasa saja. Tetapi, ketika sudah menyangkut hutang-piutang, rasanya hubungan pertemanan yang biasa saja bisa terancam menjadi hubungan yang tidak mengenakkan. Hal ini semakin dipicu ketika si peminjam tidak mempunyai manajemen hutang yang baik, yang akhirnya ia mempunyai hutang yang bertumpuk.

Kalau memang terdesak, berhutang itu sah-sah saja. Tetapi, hal yang harus diingat adalah membayar hutang tersebut. Apalagi, jika hutang tersebut sama teman sendiri. Harus segera diupayakan pelunasannya ya! Karena sekaya apa pun teman tersebut, pasti ia punya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga. Alih-alih karena ingin menolong teman, tetapi malahan renggang hubungan di kemudian hari karena teman yang ditolong tersebut punya segudang alasan untuk membayar hutang. Kalau kaya gini, apa pilihan bagusnya nggak usah memberi hutang? Jawabannya sangat situasional.

Survey kecil-kecilan yang pernah saya lakukan, sebagian orang berhutang dalam keadaan yang TIDAK terdesak. Misalnya berhutang untuk merayakan ulang tahun anaknya (*nggak harus dirayakan kan moment ini?), berhutang untuk membeli hp baru mahal untuk mengganti hp lama yang rusak (*hp fungsinya buat komunikasi kan? untuk apa beli hp mahal dengan fitur lengkap padahal fitur lengkap tersebut jarang kita pakai?), berhutang untuk penampilan (*ini lagi, jadinya tampak berkelas dengan polesan wah tapi ternyata kantong kering. Ah, pencitraan! Sudah nggak perlu itu cinn.., apa adanya saja.), etc. 

Nah, sebelum berhutang, agaknya kita harus pertimbangkan masak-masak apa benar kita sudah terdesak! Benarkah kita berhutang karena butuh bukan mengejar prestise. Kenapa? Agar kita tidak terjebak pada aneka hutang konsumtif.

Tapiiii, beda perkara kalau kita berhutang untuk modal kerja ataupun investasi, Contohnya hutang untuk modal berjualan, hutang untuk membeli rumah, dll. Kalau memang kita pekerja keras, hutang modal kerja ataupun investasi itu akan berguna lho! Dan yang pasti cepet lunasnya karena kerja keras kita. But, kalau kita masih bisa  kumpulkan modal sendiri (pelan-pelan nabung uang or logam mulia) untuk modal kerja atau investasi, itu sangat lebih baik!

Trus, kalau kita sudah terlanjur punya banyak hutang bagaimana nih? Bisakah diputihkan? Hmm..emang siapa elu gampang memutihkan? hehehe..

Kalau hutang sudah banyak, berhentilah untuk berhutang lagi. Hidup realistis apa adanya adalah keharusan. Nggak usah gengsi atau iri sama kanan-kiri. Di samping itu, terus bekerja keras sambil menyisihkan uang untuk melunasi hutang adalah pilihan yang harus dilakukan. Sedikit tetapi rutin adalah itikad baik kita untuk terbebas dari hutang. Tak lupa juga, banyak berdoa semoga selalu dimampukan untuk melunasinya.