Tadi malam, iseng-iseng saya menyempatkan diri nonton sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) di sebuah stasiun TV swasta. Sinetron tersebut terinspirasi dari buku karya Asma Nadia yang berjudul Catatan Hati Seorang Istri. Saya memang bukan penggemar sinetron, tapi untuk sinetron tadi malam sungguh membuat penasaran saya yang notabene pernah merampungkan membaca buku CHSI beberapa tahun yang lalu. Saya penasaran kalau versi filmnya, CHSI jadi seperti apa.
Baru melihat sekali, saya langsung menyimpulkan ternyata bagi saya lebih menarik baca bukunya. Emosi saya jauh lebih diaduk-aduk ketika membaca bukunya. Daya imajinasi saya pun lebih kentara saat membaca bukunya ketimbang nonton filmnya.
Dari cerita CHSI tadi malam, terbersit pesan bahwa seorang istri haruslah tegar menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di dalam rumah tangganya. Tegar saja tidak cukup, ia haruslah menjadi sosok yang mandiri dalam hal apapun, utamanya untuk mengayomi anak-anaknya.
Pesan lainnya adalah bagi wanita, atas nama cinta atau apa pun, selayaknya tidak ia tujukan kepada suami orang. Benih-benih cinta ini yang memicu perselingkuhan dan pasti akan melukai hati wanita lainnya.
Kalau pesan bagi suami, hendaknya ia pandai-pandai menjaga diri. Menjaga pandangannya agar tidak terjerumus pada mengumbar nafsu yang tentu saja akan melukai hati istrinya.
Hiks, sudahlah, malah membahas cerita sinetron jadinya.
Sinetron CHSI yang terinspirasi dari buku Asma Nadia sedikit banyak mirip dengan kisah-kisah nyata yang terjadi dalam lingkup pengetahuan saya. Tidak sedikit memang para istri yang bernasib mempunyai suami yang tidak setia. Ada yang terang-terangan sama istrinya, ada yang sembunyi-sembunyi akhirnya ketahuan dan ada juga yang sembunyi-sembunyi masih belum ketahuan. Ah, dasar lelaki! Eitss..tunggu dulu, benarkah salah lelaki seutuhnya? Benarkah lelaki tak tau diuntung sudah punya istri cantik, baik dll tapi masih melirik ke yang lain?
Saya rasa tidak sepenuhnya salah lelaki. Bisa jadi karena kurangnya komunikasi antar pasangan. Si suami merasa pelayanan istrinya kurang, tapi tidak berani menyampaikan. Si istri merasa sudah melakukan yang terbaik, padahal di mata suami ternyata malah sangat jelek.
Iya, komunikasi adalah hal yang sangat penting.
Lain cerita jika semua sudah dikomunikasikan ternyata masih tidak ada penyelesaian. Atau mungkin "bandel" melakukan kesalahan yang berulang-ulang. Mungkin dasarnya si suami ataupun si istri yang kurang baik. Dalam hal ini, perlu menghadirkan pihak ketiga (syukur-syukur seorang konsultan rumah tangga) untuk membantu menganalisa dan menyelesaikannya. Membawa cerita rumah tangga ke luar sebenarnya pilihan yang sulit karena otomatis ada pihak lain yang akan tahu. Tetapi, demi terselesainya masalah, melibatkan pihak ketiga sungguh merupakan keharusan. Tentu saja, pihak ketiga yang terpercaya dan diharapkan akan memberikan solusi.
9 Comments
yapz betul,,komunikasi perlu ada dan wajib ada bagi anggota keluarga agar tidak timbul kesalah pahaman :)
ReplyDeleteBetul, mbak.. tp meski simpel satu kata "komunikasi", terkadang sulit juga menjalaninya:)
DeleteJangan sekali2 berbohong untuk suatu hal yang tidak baik...kalau berbohong 1 kali,akan ada saja yang menyebabkan untuk berbohong kembali dan begitu seterusnya...jadi berusahalah untuk jujur dan masalahpun mungkin akan cepat selesai.
ReplyDeleteiya, betul. Jujur itu segalanya:))
DeleteBenar, Jujur memang segalanya. Tetapi, banyak orang yang sangat sulit untuk jujur, mengapa begitu mbak?
ReplyDeletebarangkali "belum" jujur saja, karena khawatir kejujuran saat ini akan melukai hati orang yg dicintai. Mungkin dia masih mencari waktu yang tepat untuk jujur:)
Deletesaya tidak pernah nonton CHSI, tapi kata teman saya itu terlalu lebay, jadi membulatkan tekad saya untuk tidak nonton.
ReplyDeletehehehe..gpp mbak;)
DeleteNice bblog
ReplyDelete