Adalah sebuah negara kepulauan
yang subur beserta beragam potensi yang terkandung di dalamnya. Negara tersebut
pada dasarnya kaya raya. Ironisnya, negara tersebut juga terjerat hutang luar
negeri yang cukup banyak. Itulah negara Indonesia, sebuah negara di mana saya
lahir dan dibesarkan.
Rasa sayang pada bangsa ini
salah satunya saya wujudkan dengan mengikuti lomba blog ini. Harapan saya cukup
sederhana, ada yang terinspirasi dengan tulisan saya, utamanya sang pemangku
kepentingan.
Indonesia dikenal sebagai negara
berkembang, sebuah sebutan halus bagi negara yang belum mampu memajukan
potensinya dalam berbagai bidang kehidupan seperti layaknya negara maju. Akar
permasalahan ini bermula pada pendidikan Indonesia yang belum merata di seluruh
tanah air. Mungkin, di kota-kota besar, pendidikan sudah demikian maju. Tetapi,
cobalah meluangkan waktu melakukan semacam travelling ke pelosok pulau untuk
melihat lebih dekat senyatanya bagaimana kondisi pendidikan penduduk di sana.
Sebagai bonus, tentu pemandangan sisi sosial dan kesehatan akan tersaji
senyatanya.
Lihatlah seperti gambar
berikut, begitu keras perjuangan generasi bangsa untuk mengenyam
pendidikan.
![]() | |||
Gambar dari sini |
![]() |
Gambar dari sini |
![]() |
Gambar dari sini |
Alih-alih bersaing dengan SDM
luar negeri, sekadar merampungkan program wajib belajar pun sungguh merupakan
sebuah keadaan yang istimewa. Lalu siapa yang salah? Kenapa tidak semua warga negara
Indonesia dapat menunaikan haknya untuk mengenyam pendidikan yang layak yang
nantinya tentu saja akan berimbas pada pola kehidupan sosialnya yang lebih
sejahtera? Ah, sudahlah. Telinga ini tentu sudah terasa panas mendengar saling
salah dan saling tuding yang semakin wara-wiri terdengar pada saat pesta
demokrasi. Sudahlah, tidak ada gunanya lagi menuding sana-sini. Kalau memang
Indonesia mau move on, ayolah kita mulai dari diri sendiri dan sekarang juga!
Sebuah gerakan dari masing-masing pribadi tentu bisa terakumulasi menjadi
sebuah gerakan bersama yang bersifat kebangsaan. Yakin, ini jauh lebih solutif
dan berguna.
Gerakan masing-masing
pribadi yang akan mengarah pada gerakan bangsa ini berupa GPPI (Gerakan
Pengampu Pendidikan Indonesia). Dompet Dhuafa yang sudah kita kenal sebagai
lembaga penyalur zakat, infaq maupun shadaqah tentu mampu menjadi salah satu
fasilitator gerakan ini. GPPI merupakan gerakan kepedulian masing-masing
individu yang mana setiap individu yang berkemampuan wajib mengampu pendidikan
seorang anak atau lebih. Individu tersebut, dengan penuh kesadaran dan
kepedulian menjamin pendidikan seorang anak atau lebih sampai minimal
menyelesaikan bangku kuliah. Lalu bagaimana jika ia tidak mampu seorang diri
mengampu? Tidak masalah. Individu tersebut bisa bergabung dengan individu
lainnya untuk mengampu pendidikan seorang anak. Realistis saja, kebutuhan
semakin lama semakin banyak, jadi tidak mengapa bila menggunakan sistem patungan
untuk mengampu pendidikan seorang anak. Yang penting bukan hanya wacana tapi
butuh aksi nyata. Saya pribadi, sudah melakukan hal tersebut meski masih
menyesuaikan dengan kemampuan finansial saya. Seiring waktu berjalan, saya pun
berharap saya bisa mengampu lebih banyak. Harapan saya cukup sederhana, banyak
orang yang melakukan hal yang sama sehingga lambat laun pendidikan Indonesia
akan terbangun merata di seluruh nusantara. Indonesia move on adalah kenyataan
di depan mata jika kita bersama-sama mewujudkannya.
8 Comments
Mice posting mak...
ReplyDeletemakasih mak:)
DeleteMiris Ma' dgn kondisi pendidikan negeri ini yg belum mengalami kemajuan yg signifikan. Berita UN kemarin banyak anak yg nekat mengakhiri hidup
ReplyDeletehiks, iya mb.. UN sekarang bikin down anak-anak..
ReplyDeletesukses mak GPPI move On.Miris kalau lihat fasilitas dan kualitas pendidikan di tempat terpencil
ReplyDeletebetul mak, kalau nunggu pemerintah rasanya lama. Lebih baik bergerak swadaya:)
Deleteuntuk sementara sy msh membantu pendidikan adik2 saya..klu ada rezeki lebih nti ya mau membantu pendidikan anak2 yg lain
ReplyDeleteadik kan juga anak bangsa, mak. Aminn..muga2 lebih lagi rezekinya:)
Delete