Asem banget ni mulut! Huh! Mau
ngisep rokok aja banyak orang berisik! Mereka nggak tau apa kalau nggak ngrokok
tuh aku mati gaya!
Dear diary, hanya kamu yang nggak
berisik kalau aku mau ngerokok. Sungguh,
wajah cantik dan galakku ternyata bisa nelangsa juga ketika dilarang ngerokok!
Aku tahu, hasil rontgen kemarin yang nyata-nyata memperlihatkan pada
semua orang bahwa aku memang harus berhenti merokok. Dan mereka semua menuruti
anjuran dokter itu untuk menghentikanku dari isapan rokokku.
Gambar dari sini |
Arggghhh!!! Aku benar-benar
tersiksa dengan semua ini. Batukku tak kunjung sembuh juga, bahkan acapkali aku
batuk berdarah. Nafasku sering sesak dan dadaku sakit, sakiiitt banget diary!
Belum lagi tubuhku yang dulu ideal, sekarang mengurus habis. Aku kehilangan
semua mata yang mengagumiku dulu. Aku kehilangan semuanya, bahkan stamina prima
sekalipun. Ohhh, kemana perginya gadis cantik, pintar dan penuh percaya diri
itu? Tidak ada yang tahu kemana perginya, karena sekarang hampir semua orang
tidak mengenaliku. Bahkan satu demi satu pergi meninggalkanku. Termasuk
keluargaku, sejatinya aku tahu mereka sudah sangat enggan merawatku. Kutahu
dari segala umpatan yang keluar dari mulut mereka saat melayani semua kebutuhanku.
Mereka bilang aku sakit karena kubuat sendiri. Mereka bilang seandainya aku
menuruti mereka untuk tidak merokok pasti aku jauh lebih bahagia dari sekarang,
Dan tentu saja, tidak merepotkan mereka. Bah! Mereka nggak tahu kalau bahagiaku
ada di rokok! Rokok!
Kalau memang mereka mau aku mati, tolong beri
aku sebungkus rokok. Aku akan menghisapnya kuat-kuat. Tentu mereka nggak akan
repot karena aku akan mati lebih cepat. Dan aku akan mati dengan penuh
kebahagiaan, mati dengan rokokku.
![]() |
Gambar dari sini |
Diary, taukah engkau? Aku sungguh
tersiksa hadapi semua ini. Rokok sudah jadi canduku tapi mereka mau
memisahkanku. Mulutku asem dan pahit tanpa isapan rokok. Kurasa kalau sekarang mereka
mau memisahkanku dengan rokok, sudah terlambat. Aku sudah tak bisa hidup tanpa
rokok. Perpisahan yang mereka paksakan saat ini malah membuatku mati
pelan-pelan dengan sengsara. Kalau memang akhirnya mereka menggelar perpisahan
ini, kenapa nggak dari dulu saat aku masih mampu mengisap rokokku hanya
sebatang sehari? Tentu, saat isapan rokokku baru sebatang sehari, aku nggak
akan sangat menderita seperti sekarang ini ketika harus berpisah dengan
rokokku. Kata orang, untuk berhenti merokok harus bertahap. Dari sehari
perbatang yang kuhisap tentu agak mudah kuubah menjadi dua hari sekali
perbatang. Lalu tiga hari sekali habis satu batang dan seterusnya. Lha kalau
sekarang? Aku harus berhenti total dari kebiasaanku yang sehari bisa habis dua bungkus
rokok. Kata mereka, kalau aku niat pasti bisa. Ah, mereka nggak ngerti semua
ini sungguh berat kalau harus berhenti tanpa tahapan yang dekat!
![]() |
Gambar dari sini |
Diary, sekarang aku hidup laksana
zombie. Kematian sudah dekat tapi sungguh lama dan tersiksa menujunya. Dan aku
sendirian menanti kematian, bukan bersama teman-temanku yang juga jago ngisap
rokok di café ujung jalan. Mereka mati satu-satu karena candu nikotin yang
mereka hisap. Aku iri mereka mati, karena akupun ingin segera mati. Tapi aku
juga menyesal kenapa aku harus mengenal mereka yang membuatku abadi dengan
kepulan asap. Seandainya aku nggak salah memilih teman, tentu aku nggak begini.
Tapi semua sudah terlambat, nggak ada gunanya menyesali masa lalu. Dan nggak
ada gunanya aku berhenti merokok sekarang! Aku butuh rokok, aku mau mati. Aku
nggak sanggup menjadi zombie yang dikucilkan semua orang karena penyakit kanker
paru-paruku ini. Aku mau ROKOKKK!!!
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis "Diary sang Zombigaret"
2 Comments
hiii... ngeri ya akibat merokok itu, heran aja masih banyak orang yang doyan ngrokok.. i hate a smoker banget deh pokoknya :D
ReplyDeleteiya mak, ngeri bgt. Saya juga nggak suka sama perokok, apalagi cewek..
Delete